CERITA SEKS WANITA PANGGILAN
Hari itu aku sedang di perpustakaan kampus mencari bahan referensi untuk menyelesaikan skripsiku. Skripsi ini tinggal satu-satunya penghalangku untuk menjadi sarjana.
Memang skripsiku agak terbelengkalai, karena seperti yg pernah aku ceritakan di beberapa ceritaku terdahulu, aku telah mempunyai usaha sendiri, sehingga waktuku juga tersita untuk mengerjakan proyek langgananku.
Sedang asyik-asyiknya membaca salah satu buku, HPku berbunyi.
“Wan, sedang ngapain lo ? Kok udah lama nggak hubungin gue ?”
Ternyata Vicky, yg menelponku.
“Gue sedang sibuk nyelesain skripsi nih. Udahlah gue jangan diganggu dulu. Pasti lo ngajakin gue hunting ABG lagi kan ?”
“Ah lo, sok jadi professor. Gue dapet tiket gratis nih ke Bali. Mau ikut nggak ? Jadi lo tinggal bayar hotelnya aja.”
Menarik juga tawarannya. Apalagi aku juga sedang butuh refreshing untuk menyelesaikan skripsiku ini, walaupun perasaan lebih banyak refreshingnya daripada mengerjakan skripsinya hehe.. Proyek bisnisku juga sudah selesai dan tinggal menunggu persetujuan langgananku, sedangkan proyek yg lain masih lama waktu deadlinenya.
“Ok deh. Tapi berangkatnya kapan ?”
“Lusa. Satpam lo nggak jadi masalah kan ?”
“Nggak, si Monika sedang ke Surabaya ada kawinan familinya”
“Tapi sebelumnya gue mau menyamakan visi dan misi gue ke elo nih” sambung Vicky si playboy cap tabung elpiji ini lagi.
“Emang apa sih visi dan misi lo ? Kok kayak mau ikutan pilkada aja” kataku geli.
“Cuma satu. Nyobain cewek bule”.
Singkat cerita 2 hari kemudian, sekitar jam 4 sore waktu setempat, kami telah tiba di bandara Ngurah Rai, Bali. Sambil menunggu koper, tiba-tiba si Vicky menyerahkan secarik kertas bertuliskan nomor telpon.
“Nih Wan.., lo aja yg follow-up. Rumahnya jauh sih di Tangerang.”
“Nomor telpon siapa nih ?” kataku sedikit heran.
“Itu tuh pramugari yg cakep tadi” jawabnya sambil mengedipkan mata.
“Ah..udah buat lo aja deh. Pasti juga palsu tuh nomornya. Dia ngasih supaya lo nggak ganggu dia lagi aja. Coba aja lo telpon dulu”
Vicky mengambil HPnya dan menelpon nomor itu.
“Sialan”, katanya sesaat kemudian sambil menutup HPnya.
“Gue bilang juga apa. Udah deh gue yg nunggu koper kita. Lo playboy cap dua kapak mending konfirmasi tiket pulang aja” kataku sambil menyerahkan tiket pulangku padanya.
Setengah jam kemudian, kami telah ada di dalam taksi meninggalkan bandara.
“Wan..nginepnya di hotel yg bagusan dikit ya. Lo kan sekarang udah tajir” kata Vicky.
“Ehm..dimana ya ?” kataku.
Kami meminta saran dari si sopir taksi yg kami tumpangi. Dia bilang kalau suka ke pantai Kuta, pilih aja Legian Beach Hotel. Kami setuju dan menuju ke sana.
Malam itu ,setelah makan di restoran chinese food yg terletak persis di seberang hotel, kami segera hunting bule. Kami telusuri Legian, dari ujung ke ujung. Kami mampir di hard rock cafe, kamasutra, dan beberapa tempat lainnya. Tetapi yg kami jumpai banyak bule yg telah berumur, yg datang bersama keluarganya. Bila ada bule yg cantik, ternyata juga sudah membawa pasangan. Disamping itu, Bali juga tdk terlalu ramai, mungkin karena adanya travel warning dari pemerintah negara asal turis-turis tersebut.
“Di, cape nih. Udah deh visi misi lo keliatannya gagal deh. Balik hotel yuk udah ngantuk gue” kataku.
“Ah bentar lagi lah. Udah lo pesen minum lagi aja. Dengerin musik dulu kek”
Menjelang pagi, kami balik ke hotel dengan tubuh lelah. Ingin segera aku naik ke tempat tidur dan berkelana ke alam mimpi.
“Lo kayak anak kecil aja Wan ngajakin pulang mulu” gerutu Vicky.
“Sori deh gue memang capek banget nih. Udah deh kalo nggak dapet di sini ntar di Jakarta gue anterin lo maen ama bule. Mau Uzbek, Rusia, atau dari kutub utara juga banyak kok.”
“Sialan, kalo yg pro gitu gue juga tau!” gerutunya.
Besoknya sehabis breakfast di hotel, kami jalan-jalan di pantai Kuta di seberang hotel. Kami menyewa kursi dan duduk bersantai sambil melihat pemandangan di pantai tersebut. Tiba-tiba di kursi sebelah kami yg berjarak sekitar dua meteran, datang seorang bule. Dengan santainya dia membuka BH bikininya dan buah dadanya yg besar seperti melon langsung terpampang dengan bebasnya.
“Tuh Di, visi dan misi lo baru dateng” kataku.
“Sialan lo Wan. Itu sih udah expired” jawabnya geli.
Memang si wanita bule itu sudah tua dan wajahnya juga sama sekali nggak menarik.
Beberapa lama kita di pantai yg tdk terlalu ramai itu. Bukannya banyak bule cantik topless, malah banyak pedagang yg menawarkan tatto, pijet, makanan kecil dll.
“Udah deh Di. Lupain otak ngeres lo. Mending kita jalan-jalan ikut tour yuk” ajakku
“Ah..lo bener-bener kayak anak kecil Wan. Ngapain sih ikutan tour kayak gitu. ”
“Ini kan masih pagi. Bule-bule sasaran lo mungkin masih tidur. Udah ntar malem aja kita hunting lagi. Sambil nunggu malem kita jalan-jalan aja”
“Yah..OK deh” jawabnya.
Kami beranjak kembali menuju hotel. Saat melewati kolam renang, kami melihat dua orang cewek bule sedang duduk di pinggir kolam sambil merendam kakinya.
“Wan, ada yg bening tuh” kata Vicky sambil menyenggol lenganku.
Memang kedua bule itu cantik dan masih muda. Yg seorang berambut pirang dengan tubuh yg seksi berisi. Saat itu ia mengenakan bikini warna biru yg memamerkan kemolekan tubuh padatnya. Yg seorang lagi berambut coklat, tdk kalah cantiknya, mengenakan pakaian renang one-piece warna hitam.
“Berenang yuk” ajak Vicky.
“Yuuukkk..” jawabku dengan semangat 45.
Kami segera mengenakan celana renang di kamar hotel, dan kembali ke kolam dimana kedua mahluk cantik tadi berada. Saat kami kembali, mereka sedang berenang di kolam.
“Byur…” Vicky langsung mencebur ke dalam kolam dengan loncatan gaya Greg Louganis.
Kusengaja membiarkan Vicky berenang dahulu. Aku ingin mengamati gerak-gerik playboy cap kancing cetet ini melakukan pendekatan pada bule-bule itu. Aku tiduran di kursi sambil memperhatikan Vicky yg sedang berenang mendekati bule yg berambut coklat di ujung kolam.
Tak lama dia sudah bersalaman dengan si bule, kemudian tampak si bule itu memperkenalkan temannya yg pirang pada Vicky. Memang besar nyali anak Bogor ini, terlebih bila libidonya sudah sampai di ubun-ubun. Sesaat kemudian Vicky memanggil-mangil aku agar segera bergabung dengan mereka.
Dengan segera aku menceburkan diri ke kolam dan berenang menuju Vicky dan kedua cewek bule cantik itu.
“Here he comes…This is my friend” Vicky memperkenalkanku.
“Hi..Nice to meet you” kataku sambil menyalami si pirang yg kulitnya kecoklatan terbakar matahari.
Sedikit kulirik bagian dadanya, tampak buah dada yg ranum terbungkus oleh kain bikininya yg tipis. Putingnya tampak membayg di balik bikini yg basah itu.
“What’s your name” tanya si pirang
“Oh..I am Wawan”
“I am Shanon” balasnya sambil tersenyum.
Aku diperkenalkan juga pada si rambut coklat, Valerie. Orangnya tdk kalah cantik, walaupun bodinya tdk seseksi Shanon. Kami berempat berenang bersama. Kadang mereka tertawa mendengar joke-joke dari Vicky.
“Sial,mentang-mentang bahasa Inggrisnya lancar”, pikirku.
Shanon dan Valerie ini ternyata berasal dari Australia, dari Melbourne. Mereka umurnya sebaya dengan kita, dan sedang kuliah mengambil master di Monash. Mereka bertanya padaku, dan kujawab aku juga masih kuliah, tetapi belum master, masih undergraduate. Tinggal skripsi saja.
“He is late to graduate cause he cares more about his business. In fact he wants to break the record to be the oldest person ever to graduate university ” kata Vicky menyela.
Kedua cewek bule itu tertawa mendengar celetukan Vicky. Aku ingin membalas mengejek Vicky, tetapi susah juga mencari kata-kata yg tepat dalam bahasa Inggris. Memang kalau tdk terbiasa, untuk bercakap-cakap harus mikir dahulu, tdk seperti si playboy cap dua kelinci ini. Akhirnya aku hanya ikut tertawa saja.
Singkat kata, kami semakin akrab dengan kedua cewek bule seksi ini. Sehabis berenang, kami memutuskan untuk bersama-sama jalan-jalan di Bali. Kami berjanji untuk segera bertemu di lobby.
“Wan, rasanya visi misi gue bakal berhasil nih. Gue yg rambut coklat ya, soalnya mirip sama Teri Hatcher tuh” celetuknya.
“Iya lah” jawabku singkat, meski dalam hati aku senang karena memang si pirang seksi temannya yg jadi incaranku.
“Gue juga tau lo suka nyusu kan ?” guraunya
“Absolutely man.. I am a boobs man”, jawabku geli.
Sesaat kemudian Shanon dan Valerie muncul di lobby. Shanon memakai tank top serta celana pendek yg ketat. Wajahnya yg cantik tersenyum pada kami. Tali BH hitam tampak di pundaknya tak tertutup oleh tanktop yg dikenakannya. Buah dadanya yg ranum seakan menantang lelaki untuk meremasnya. Sementara Valerie mengenakan T-shirt dengan rok yg bermotif bali. Dari puting payudaranya yg seakan merobek T-shirt yg dipakai, tampak jelas bahwa dia tdk menggunakan apa-apa lagi dibaliknya.
Kami menyewa mobil dan pergi bersama ke Tanah Lot, Kintamani, dan berakhir makan malam di Jimbaran. Vicky tampak jelas tertarik dengan si rambut coklat, yg memang juga lebih cerewet dari temannya. Cocoklah dengan Vicky yg nggak bisa diem itu. Jadi memang selama di perjalanan, kedua mahluk itulah yg selalu berkicau mendominasi percakapan, sementara aku dan Shanon hanya menimpali sekedarnya.
Sehabis makan malam, kami kembali ke hotel. Kali ini aku yg menyetir mobil. Shanon duduk di sebelahku, sementara Vicky dan Valerie duduk di belakang. Sedang memikirkan bagaimana nanti caranya aku bisa menikmati tubuh cewek bule seksi di sebelahku ini, terdengar suara desahan di jok belakang. Kulihat lewat kaca, ternyata Vicky dan Valerie telah berciuman dengan hotnya. Valerie terdengar melenguh perlahan saat Vicky menciumi lehernya sambil tangannya tampak meremas payudara gadis bule idamannya ini.
Tak lama, suara lenguhan Valerie terdengar lebih keras. Kulihat dari kaca, sekarang hanya tampak kepala Valerie yg mendongak ke atas, sementara mulutnya sedikit terbuka menahan gairah. Entah apa yg dilakukan Vicky padanya.
Tak tahan mendengar erangan temannya, Shanon menoleh ke belakang.
“Gee..guys, come on wait until we reach the hotel..” katanya. Aku juga menengok ke belakang, dan tampak Vicky sedang menghisap buah dada Valerie dengan rakusnya.
Pandanganku sesaat bertemu dengan Shanon, dan dia tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala. Sedangkan erangan Valerie terus berlanjut diselingi oleh gumaman gemas Vicky.
Beberapa menit kemudian, gantian lenguhan Vicky yg terdengar. Kulihat dari kaca, sekarang hanya wajah Vicky yg terlihat.
“You like that ?” terdengar samar-samar suara Valerie.
“Oh yes….suck it baby..” . Suara Vicky agak bergetar dilanda nafsu.
Kembali kulihat dari kaca tampak Vicky tersenyum sambil mengacungkan jempolnya padaku. Kulirik Shanon di sebelahku, tampak dia duduk dengan gelisah. Terkadang dia mengintip temannya yg sedang menghisap kemaluan Vicky. Jelas kalau nafsu berahi Shanon telah bangkit. Kuremas tangannya, dan dia tdk menolak bahkan balas meremas jemariku. Tanganku lalu bergerilya mengusap-usap pahanya yg mulus. Dia menoleh padaku dan tersenyum seakan memberikan lampu hijau padaku.
Memasuki daerah Legian yg telah agak ramai, terdengar lenguhan panjang Vicky. Agaknya dia telah mencapai orgasmenya di dalam mulut Valerie, bule cantik berambut coklat itu. Kulihat kembali dari kaca, dan tampak Valerie sedang menjilati bibirnya sendiri. Dia tersenyum saat pandangan kami bertemu di kaca mobil. Sementara wajah Vicky menampakkan kepuasan setelah melepas gejolak birahinya.
Sampai di hotel, kuparkirkan mobil di tempat parkir dekat lobby.
“Let’s go to my place. Shanon can go with Wawan” ajak Valerie pada Vicky setelah mobil berhenti.
“Ok guys, see you tomorrow” jawabku cepat. Ingin segera aku sampai di kamarku, karena nafsuku juga telah sampai di ubun-ubun melihat adegan di jok belakang tadi.
Ingin segera kulahap tubuh Shanon, bule pirang yg seksi ini.
Sesampai di cottage, dengan perasaan agak berdebar kubuka pintu kamar.
“Wants something to drink ? Go ahead help yourself. I need to go to the restroom ” kataku sambil menunjuk ke arah minibar.
Saat kembali ke ruang tamu, tampak Shanon telah duduk di sofa sambil meminum softdrink. Aku lalu duduk di sebelahnya. Aku bilang kalau adegan Vicky dan Valerie tadi bikin aku bener-bener horny.
“I feel the same way too”. ucapnya lirih.
Tak kutunggu lebih lama lagi, langsung kucium bibirnya sementara tanganku mulai menggeraygi dadanya yg padat. Ciumanku kemudian menjalar menelusuri lehernya yg jenjang sementara jemariku turun dari dadanya untuk mengusap-usap pahanya yg mulus. Tangan Shanon meremas-remas rambutku, dan tiba-tiba dia sedikit mendorong tubuhku dan bangkit berdiri.
“Let me help you..” ucapnya sambil menanggalkan tanktop dan celana pendeknya.
Terpampanglah di hadapanku seorang gadis bule seksi, hanya mengenakan BH berwarna hitam, kira-kira berukuran 36C, dan celana dalam berwarna senada. Dengan gaya yg menggoda, dia meremas-remas buah dadanya sendiri.
“You like my breast baby ?” ujarnya
“Yes” jawabku lirih menahan libido yg sudah semakin memuncak.
Shanon kemudian berbalik membelakangiku dan membuka kaitan BHnya. Setelah ia melepas penutup bukit kembarnya itu, dia berbalik kembali menghadapku. Kedua tangannya menutupi payudaranya yg telanjang. Sesaat kemudian dengan gaya yg seksi ia membuka kedua tangannya sehingga kedua bukit montok miliknya terpampang jelas. Buah dada itu begitu menantang dengan kulit yg putih bekas tertutup bikini, kontras dengan kulit tubuhnya yg kecoklatan terbakar sinar matahari. Dengan menggerakkan telunjuknya, Shanon mengundangku untuk berdiri mendekatinya.
“Here suck my breast…” katanya sambil merengkuh kepalaku menuju dadanya yg membusung.
Segera mulutku menikmati buah dada gadis bule yg cantik ini. Dengan gemas kuhisap dan kujilati puting payudaranya, sementara jemariku meremas-remas buah dadanya yg lain.
“Ya..that’s right…ohh godd..” lenguh Shanon nikmat saat mulutku dengan ganas menyedoti payudaranya.
Tangannya sibuk meremasi rambutku. Sementara itu, tanganku telah beralih menyibakkan celana dalamnya. Jemariku langsung menari-nari di kemaluan gadis bule pirang ini. Erangan nikmat Shanon semakin keras terdengar. Demikian juga dengan usapan jemarinya tarasa semakin kencang di rambutku.
Sesaat kemudian, kembali dia sedikit mendorong tubuhku yg masih sibuk menikmati kekenyalan buah dadanya. Ditariknya tanganku kembali menuju sofa. Dia segera duduk di sana sambil meraba-raba kemaluannya dari balik celana dalam yg dikenakan.
“Eat my pussy baby..God..I am so horny..” ucapnya. Aku segera berlutut diantara pahanya.
“Ohh aahhhh….” lenguhnya saat aku mulai menciumi kemaluan gadis bule yg rupawan ini.
Badannya sedikit melengkung merasakan kenikmatan berahi. Jemari tangannya meraba klitorisnya sendiri seakan ingin menunjukkannya padaku.
“Lick here please..” racaunya lagi.
Segera kusingkirkan jemarinya dan langsung kujilati klitoris cewek bule ini. Desahan Shanon semakin keras terdengar, dan tangannya sekarang sibuk memilin-milin kedua puting payudaranya.
“Ya…that’s right…eat my pussy baby….God…Ahhhhhhh” lenguhnya. Sesaat kemudian badannya mengejang dilanda kenikmatan orgasme.
Aku bangkit dan duduk di sebelahnya. Setelah mengambil nafas sejenak, Shanon menatapku.
“Now it’s your turn baby” ujar Shanon sambil bangkit dari duduknya lalu bersimpuh diantara pahaku. Tangannya membuka retsleting celanaku .
Kubantu dia melepaskan celanaku, sehingga aku hanya mengenakan celana dalam saja. Shanon menundukkan kepala dan mulai menciumi kemaluanku yg masih dibungkus celana dalam itu. Tangannya perlahan menyibakkan celana dalamku ke samping sehingga batang kejantananku yg telah membengkak mencuat keluar.
“Hmm..Nice cock” ujarnya lirih sebelum dengan lahap mengulum kelelakianku.
Dengan perlahan dia menyedoti dan menjilati batang kemaluanku. Sementara itu jemarinya secara lembut mengusapi buah zakarku. Luar biasa nikmat perasaan yg kurasakan. Rasa geli namun luar biasa enak melandaku saat lidah Shanon menggelitik lubang kencingku.
“Feels good ? Like it ?” ucapnya.
Aku menjawab dengan lenguhan nikmat, dan Shanon kembali mengulum batang kemaluanku sambil dengan lembut mengocoknya. Kali ini matanya menatapku saat dia menikmati kejantananku. Sesekali dikeluarkannya k0ntolku dari mulutnya untuk dijilati perlahan dan kemudian dikulumnya lagi. Saat melakukan itu, matanya menatapku dengan sensual.
Aku merasa ejakulasiku hampir tak tertahan lagi. Pemandangan seorang gadis bule cantik sedang mengulum kemaluanku, yg selama ini hanya aku dapati di film BF, membuatku tak dapat bertahan lagi.
Shanon seakan tahu kalau aku segera akan sampai. Dikeluarkannya k0ntolku dari mulutnya, dan jemarinya dengan cepat mengocok-ngocok batang kemaluanku. Sementara itu, lidahnya dijulurkan keluar , seakan dahaga ingin merasakan cairan ejakulasiku.
” I am coming baby…” lenguhku saat aku berejakulasi di dalam mulut Shanon.
Setelah membersihkan diri, kami pindah ke tempat tidur
“It was nice” kata Shanon sambil memeluk tubuhku.
“Yes..it was.” jawabku sambil mengusap-usap pundaknya.
Kami bercerita tentang diri kita masing-masing. Shanon bilang kalau aku adalah orang Indonesia pertama yg pernah intim dengannya. Dia bilang kalau dia tdk pernah intim dengan orang Asia, karena stereotype bahwa orang Asia mempunyai ukuran yg kecil.
“But yours is almost as big as my boyfriend’s. Even thicker I think.” katanya sambil tangannya kembali mengelus-elus kemaluanku.
Ia mendekatkan wajah cantiknya dan mulai menjilati dan menghisap puting dadaku. Tanganku mengusap-usap rambut pirangnya, sementara kemaluanku kembali menegang oleh sentuhan jemarinya.
Sedang enak-enaknya bercumbu, HPku berbunyi. Kuraih handphoneku di meja sebelah ranjang, dan kulihat nomornya, dan aku tak mengenalinya.
“Hallo..” jawabku sementara tanganku terus memainkan rambut pirang Shanon yg indah.
“Pak Wawan.., maaf mengganggu. Saya Devy sekretaris pak Hary.” kata suara wanita di seberang sana.
“Oh iya, ada apa ?” . Pak Hary ini adalah pelanggan yg sedang kutunggu persetujuan atas hasil kerjaku.
Sementara ciuman Shanon telah menjalar menuju perutku. Ditariknya celana dalamku hingga terlepas, dan dengan sedikit menggoygkan kepala untuk menyibakkan rambutnya yg jatuh menutupi wajahnya, ia mulai menjilati batang kejantananku.
“Sorry, apa saya menggangu pak ?”
“Iya !!, So pasti. Masak malam-malam begini telpon masalah kerjaan.”, pikirku.
“Nggak. Ada apa ?” jawabku.
Sementara Shanon telah dengan lahap mengulum dan menghisapi kemaluanku. Tangannya kembali meremas dan mengurut buah zakarku secara perlahan.
“Ini saya tadi siang lupa. Saya disuruh pak Hary untuk mengirimkan revisi rancangan bapak. Barusan saya e-mail ke pak Wawan”
“OK..terimakasih ya ” sahutku. Sementara Shanon kulihat menghentikan aktivitasnya dan mengambil kondom dari tasnya.
Disobeknya pembungkus, dan kondom itu dimasukkan ke dalam mulutnya. Shanon kemudian mendekatkan kepalanya ke arah kemaluanku dan kembali batang kelelakianku dikulumnya.
“Pak Hary juga minta bapak menemuinya hari Jumat jam 3.00 siang untuk finalisasi”
Aku sedikit menggigit bibirku agar tdk mengeluarkan desahan yg dapat terdengar sekretaris langgananku itu. Shanon kulihat sudah selesai memasang kondom di k0ntolku dengan menggunakan mulutnya. Kali ini buah zakarku yg menjadi sasaran hisapan dan jilatannya.
“OK” jawabku singkat.
“Terimakasih pak. Selamat malam. Maaf sekali lagi menggangu.”
Kumatikan pesawat HPku. Sementara itu Shanon melepas celana dalamnya dan menaiki tubuhku.
“I want to taste your cock now honey..” katanya sambil mengarahkan kemaluanku ke liang kewanitaannya.
“Sssshh…” desisnya saat k0ntolku memasuki memeknya. Kemudian digoygkannya pantat seksi itu, sementara tangannya menyodorkan payudara montoknya ke mulutku. Langsung kuhisap buah dada bule ini dengan gemas.
“Ya…fuck me…ya…” erang Shanon sambil terus menggoyg-goygkan pantatnya menikmati kejantananku.
Beberapa saat kemudian kupegang erat pantat seksi gadis bule cantik ini, sambil agak sedikit kuangkat. Sesaat kemudian dengan ganasnya kuhujamkan kemaluanku ke dalam liang kenikmatannya.
“Oh..ya..ya…fuck me..faster..faster…ya..ya..” erangnya makin keras. Payudaranya yg montok bergoyg-goyg mengikuti irama persetubuhan kami.
Bosan dengan posisi ini, kami merubah posisi dengan gaya doggy-style. Aku berdiri di samping ranjang menyetubuhi Shanon yg seksi ini dari belakang. Kugenjot kemaluanku sambil meremas-remas pantatnya yg padat. Kulit pantatnya berwarna putih mulus bekas tertutup bikini, menambah keseksiannya.
“Oh..ya..ya..that’s right…faster.faster..ya..ya..” lenguh Shanon saat aku menikmati jepitan liang kenikmatannya.
Sesekali dengan gemas kutepuk pantat Shanon saat kusetubuhi gadis bule cantik ini. Tak lama, ia mengerang panjang menandakan ia telah mencapai orgasmenya.
“God…I am coming…” jeritnya. Tubuhnya mengejang dan jatuh lemas di atas tempat tidur.
Mungkin karena aku memakai kondom, aku belum merasakan desakan ejakulasiku. Kuciumi punggung Shanon yg sedang tertelungkup di ranjang, lalu kubalikkan tubuhnya. Dengan gemas kusetubuhi kembali bule seksi ini dengan gaya missionary.
Shanon tampak memejamkan matanya sambil mengerang lirih saat kunikmati memeknya yg sudah basah itu. Payudaranya yg montok bergoyg-goyg mengikuti hujaman kejantananku. Aku menjadi terangsang sekali melihat goygan payudara yg menggoda ini. Kembali kuhisapi dan kujilati putingnya. Kemudian kutarik k0ntolku dari memeknya, kubuka kondom, dan kuselipkan batang kemaluanku itu diantara bukit kembar kenyal milik Shanon.
“Oh yes… I like it. So good..yeah” racauku saat aku mendorong kemaluanku maju mundur di sela jepitan payudara gadis bule ini.
Kupercepat goyganku dan kupererat jepitan tanganku pada payudara Shanon. Rasa nikmat yg luar biasa melanda diriku. Payudaranya yg besar sesak menjepit batang kemaluanku. Sementara kulihat Shanon mengerang lirih saat kunikmati keindahan payudaranya.
“Arghhhh…” jeritku tertahan saat kusemburkan cairan ejakulasiku di atas buah dada gadis bule ini. Kudongakkan kepala sambil memejamkan mata menikmati badai orgasmeku. Saat kubuka mata, kulihat Shanon tersenyum manis padaku.
“Feels good ya ?”
“Ya” jawabku singkat sebelum membungkuk untuk mengecup bibirnya.
Kulihat wajah Vicky tampak ceria saat kami bertemu di restoran hotel saat breakfast keesokan harinya.
“Gimana Wan semalem. Asyik nggak” selidiknya.
“Asyiklah. Inikan pengalaman pertama gue ama bule. Lo sendiri gimana ?”
“Gile man. Gue rasa si Valerie agak-agak nympho. Sampai lemes gue dipakai ama dia” jawabnya sambil tersenyum.
Kulihat Valerie sedang ngobrol sambil tertawa-tawa kecil dengan Shanon.
Mungkin mereka sedang membicarakan performanceku dan Vicky.
Kami berempat breakfast bersama. Kulihat di leher Valerie ada bekas memerah, mungkin kenang-kenangan dari Vicky. Sehabis breakfast, Valerie mengajak Vicky kembali ke kamar.
“Gue tinggal dulu ya man.” pamit Vicky sambil mengedipkan matanya.
Aku dan Shanon juga kembali ke kamar setelah itu. Kembali kami bersetubuh sepuas hati. Ingin kupuaskan segala fantasiku yg selama ini aku lihat di film-film porno produksi Vivid Interactive. Aku juga heran, aku sanggup bersetubuh berulang kali dalam waktu singkat dengan Shanon. Mungkin karena sensasi yg ditimbulkan dari bersetubuh dengan gadis bule cantik, pirang, dan bertubuh seksi seperti dia.
Sore harinya setelah makan, lagi-lagi di restoran chinese food di seberang hotel, kami berangkat ke airport. Shanon dan Valerie akan berangkat ke Jakarta dan seterusnya ke Medan untuk berkunjung ke danau Toba.
“See you around honey. Stay in touch ya..” kata Shanon sambil mencium bibirku sebelum turun dari mobil.
Sebelumnya kami saling bertukar nomor handphone dan alamat e-mail agar dapat terus berhubungan.
“Akhirnya gue puassss deh..” kata Vicky dalam perjalanan pulang ke hotel.
“Iya untung ya kita pas bener datangnya. Kalau terlambat sedikit aja tuh bule udah nggak di sini lagi”.
“Iya paling lo ntar dapet nenek-nenek topless yg di pantai itu haha..” sahut Vicky.
Malam itu aku dan Vicky ngobrol membicarakan pengalaman masing-masing. Vicky bercerita kalau si Valerie itu benar benar liar.
“Sebenernya dia ngajak kita berempat untuk orgy lho” kata Vicky
“Untung lo nggak mau. Ogah banget deh main bareng sama lo. Kesehatan tdk terjamin ” sahutku.
“Sialan lo! Wan..hunting lagi yuk ” lanjutnya.
“Gile lo. Nggak. Gue cape banget. Emang lo nggak ada capenya ?”
“Payah lo. Ayo deh. Minum vitamin dulu gih” katanya mengejek.
“Nggak. Udah lo aja. Gue jaga benteng deh”
Kupikir setelah aku tolak, Vicky akan membatalkan niatnya. Ternyata dia malah mengambil kunci mobil.
“Gue pakai mobilnya ya” sambil berlalu pergi. Memang cocoklah dia kalau dipakai untuk iklan baterai atau obat kuat, pikirku geli.
Malam itu aku menghabiskan waktu di hotel. Aku makan malam di restoran hotel, dan setelah itu pergi ke business center untuk melihat e-mail yg dikirim sekretaris pak Hary. Ternyata revisinya hanya sedikit dan minor, sehingga hanya butuh waktu beberapa menit saja untuk melakukannya nanti.
Kembali ke kamar hotel aku langsung menuju tempat tidur. Badanku memang betul-betul lelah malam itu. Tetapi dalam hati aku puas telah sempat berwisata 4’s di Bali : sand, sea, sun , and last but not least..sex. Cukuplah untuk mencharge pikiranku agar kembali fresh, untuk menyelesaikan skripsi sekaligus menjalankan bisnisku saat kembali ke Jakarta nanti.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,